Sesungguhnya sesuatu yang
paling besar untuk diwariskan berdasarkan kesepakatan penduduk bumi adalah
ilmu. Sesungguhnya Nabi Shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda :
“ Sesungguhnya para Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam tidak mewariskan dinar, tidak pula dirham. Mereka hanyalah mewariskan ilmu “
Dan yang dimaksud dengan ilmu adalah Ilmu syar’I yang dapat mendekatkan seorang hamba kepada Rabbnya Ta’ala
Imam Bukhari ketika menyebut
kitab Ilmu di shahihnya,
memulai dengan menyebut Keutamaan ilmu. Beliau berkata: Bab “Ilmu itu sebelum
perkataan dan perbuatan.” Kemudian menyebutkan firman Allah, “Maka ketahuilah (ilmuilah), bahwa
Sesungguhnya tidak ada Ilah (Tuhan) yang berhak disembah selain Allah.“
Maka amal perbuatan itu tidak
diterima kecuali apabila berlandaskan atas ilmu.
Seorang hamba tidak
mengetahui apa yang dicintai Allah dan diridhoiNya kecuali melalui jalan para
Rasul, untuk itu Nabi Shallallahu
‘alaihi wasallam menganjurkan untuk menuntut ilmu. Beliau bersabda
:
من سلك طريقاً يلتمس فيه علما سهل الله له طريقاً إلى الجنة
“Barang siapa menití
jalan untuk menuntut ilmu, niscaya Allah memudahkannya jalan menuju syurga.”
Orang yang menuntut ilmu
syar’i yang dapat mendekatkannya kepada Allah adalah orang yang mempunyai
cita-cita tinggi, tidak peduli dengan hal yang remeh. Akan tetapi, menuntut
ilmu tidak akan diperoleh seseorang melainkan apabila telah terkumpul padanya
beberapa sifat yang telah disebutkan para ulama :
أخي لن تنال العلم إلا بستةٍ ……….. سأنييك عن تفاصيلها ببيان
ذكاء وحرص وافتقار وغربة ………….. وتلقين أستاذٍ وطول زمان
Saudaraku, engkau tidak
akan mendapatkan ilmu, melainkan dengan enam perkara
Kuberitahukan kepadamu
rinciannya secara jelas
Kecerdasan, bersungguh-sungguh,
merasa butuh, mengasingkan diri,
bimbingan ustadz dan
waktu yang lama
Sifat-sifat ini jika dimiliki
seorang penuntut ilmu, niscaya akan tercapai tujuannya.
Sifat-sifat itu
diantaranya ialah:
1. Kecerdasan
Ilmu tidak diberikan kepada
orang bodoh.Dan diantara tanda-tanda kecerdasan penuntut ilmu yaitu memulai hal
yang kecil sebelum yang besar. Sebagaimana disebutkan Bukhari pada firman Allah
:
“akan tetapi (dia berkata): “Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani.”(Al imran : 79)
Yang dimaksud rabbani adalah orang yang
mengajarkan dari hal yang kecil sebelum hal yang besar. Dia mulai dari apa yang
bersifat fardlu ‘ain baginya, maka ia mulai dengan tauhid. Wajib bagi penuntut
ilmu mempunyai kecerdasan, karena kecerdasan ini akan memberinya manfaat dalam
mendapatkan ilmu.
Suatu hal yang paling besar
yang banyak diperhatikan oleh penuntut ilmu adalah waktu. Waktu merupakan umur.
Maka ulama kita –semoga
Allah merahmati mereka- adalah orang yang paling perhatian dalam
masalah waktu.
Seorang imam terpercaya Abu Muhammad Abdurrahman bin Abi Hatim Ar Rozi berkata :
”Kami memasuki Mesir dan
menetap selama tujuh bulan. Kami tidak pernah merasakan kuah. Pada siang hari
kami belajar kepada Syeikh, dan pada malam harinya kami menyalin materi”.
Kemudian dia berkata, ”Lalu kami pergi untuk mengikuti pelajaran salah satu
syeikh., ketika sampai di sana kami mendapati syeikh sedang sakit. Lalu kami
hendak makan dan membeli ikan. Setelah itu kami membawanya ke rumah tersebut
dan ternyata sudah jadwalnya syeikh yang lain untuk mengajar. Lalu kami
tinggalkan ikan tersebut dan kami berangkat.” Setelah selesai pelajaran, dia
berkata : ”Kami tidak sempat memanaskannya sehingga kami memakannya dalam
keadaan mentah.” Hal ini menunjukkan perhatian mereka yang besar terhadap
waktu.
3. Merasa membutuhkan
Meskipun engkau telah
memperoleh ilmu, jangan mengira bahwa dirimu berada di atas segalanya. Merasa
membutuhkan adalah hal yang penting bagi penuntut ilmu dengan selalu merasa
bahwa dia belum mencapai sesuatu. Imam Bukhori, seorang ulama besar
menceritakan tentang muridnya Imam Tirmidzi.
Betapa indahnya perkataan
Sufyan Ats Tsauri : Seseorang
tidak akan mulia sampai mengambil ilmu dari orang yang lebih pandai darinya dan
dari orang yang semisalnya dan yang berada di bawahnya.”
Merasa membutuhkan bagi
seorang penuntut ilmu itu sangat penting. Dasarnya adalah tawadlu dan menjaga
jiwa.
4. Ghurbah (mengasingkan diri )
Ghurbah di sini mempunyai dua makna:
- Melakukan perjalanan jauh untuk menuntut ilmu.Yaitu kamu bepergian dan meningggalkan keluarga dan tempat tinggalmu untuk menuntut ilmu. Perjalanan ini merupakan sesuatu kebanggaan para ulama terdahulu terutama ulama hadits. Apakah di antara kita saat ini ada yang memiliki keinginan yang kuat meski berada di kejauhan ketika mendengar hadits, ”Barangsiapa yang mengatakan Lailaha illallah Muhammad Rasulullah, dibukakan baginya kedelapan pintu surga.”
- Tidak berkumpul dengan manusia.Yaitu sesungguhnya teman-temanmu yang bersamamu dalam menghabiskan waktu adalah para penuntut ilmu. Sehingga engkau merasa asing jika berada di suatu tempat yang penduduknya bukan penuntut ilmu.
Mengambil ilmu dari para guru (Syeikh) memberimu 3 faedah :
- Mempersingkat waktu.Kitab yang biasa engkau baca dalam waktu satu bulan,maka dengan bimbingan guru dapat diringkas hanya dalam waktu satu pekan saja dengan ringkasan yang baik.
- Meluruskan pemahaman yang keliru
- Mengajarkan adab.
Maka merendahlah kamu di
hadapan guru meskipun engkau memiliki ilmu yang tidak dimilikinya. Betapa
indahnya apa yang dikatakan oleh Mujahid bin Jabr rahimahullah, ”Tidak akan memperoleh ilmu dua
golongan, orang yang malu dan orang yang takabbur.”
6. Waktu yang lama
Menuntut ilmu itu dalam waktu
yang lama merupakan hal yang sangat penting bagi penuntut ilmu. Penuntut ilmu
itu tidak boleh terburu-buru dan merasa cukup dengan sedikit dari apa yang
sudah dipelajarinya. Dan tidak boleh merasa cukup dengan membaca buku saja.
Maka wajib baginya untuk menuntut ilmu sepanjang umur dan waktu.
0 komentar:
Posting Komentar